Selasa, 08 April 2008

LIRIK SLANK DAN REAKSI DPR SAMA-SAMA TIDAK ISTIMEWA

Di tengah banyaknya persoalan bangsa dan negara, para wakil rakyat kita di Senayan sana rupanya sedang gerah. Bukan karena banyaknya masalah korupsi yang belum bisa ditangani atau rakyat di Sidoarjo yang makin sengsara, tapi karena lirik lagu band legendaris SLANK yang dinilai menghina mereka.

Lirik lagu Gosip Jalanan yang dianggap menghina itu adalah "DPR tukang buat UU dan korupsi". "Bunyi liriknya 'DPR tukang buat UU dan korupsi'. Itu akan ditindaklanjuti lewat Bamus. Ini grup komersial, bukan LSM. Kalau menjual memojokkan seseorang itu ada hukumnya. Seluruh bangsa di negara ini, kehormatannya ada di gedung ini. Ini rumah rakyat," kata Wakil Ketua Badan Kehomatan (BK) DPR Gayus Lumbuun menerangkan alasan rencana gugatan tersebut.
Pantas atau pentingkah DPR menggugat? Bagi sebagian anggota Dewan mungkin saja penting, tapi apakah itu penting buat rakyat yang diwakilinya? Penting atau tidak, yang pasti rencana gugatan ini mendapat reaksi dari masyarakat. Mungkin ada yang mendukung, mungkin ada juga mencemooh. Yang mendukung mungkin karena kehormatannya ikut terusik, yang mencemooh mungkin menganggap DPR kurang kerjaan. (Kompas, Selasa 8 April 2008).

Menilik apa yang dilakukan oleh SLANK maupun apa yang menjadi reaksi kalangan wakil rakyat (Baca : DPR) di Senayan tentang lirik lagu “Gosip Jalanan” seharusnya membuat kita biasa-biasa saja… tidak usah terlalu dalamlah menganalisis sebuah lirik yang menurut saya secara redaktif biasa-biasa dan dangkal-dangkal saja. Yang menjadi lirik tersebut adalah istimewa kan justru pada reaksinya. Bukankah sekarang ini adalah zamannya Negara bebas-negara demokrasi ? maka apa yang dilakukan SLANK sebenarnya adalah sesuatu yang menjadi hak mereka dalam mengekspresikan darah seninya secara actual-dan realitas actual apapun kan sebenarnya menjadi bagian dari strategi siapapun dalam menarik perhatian public-termasuk konteks politik sebagai suatu tema ekspresi yang di ambil oleh SLANK. dan seharusnya SLANK juga jangan terlalu GR (gede rasa) bahwa di era sekarang ini masyarakat sejatinya juga sudah biasa dan tidak terlalu mengistimewakan sebuah pesan lirik (sebab budaya komunikasi verbal kita sudah mampu mengeliminir ketabuan komunikasi yang permisif menjadi lebih asertif). Lain halnya barangkali jika lirik tersebut berada di zaman orde baru-semisal lirik-lirik Iwan Fals, Doel Sumbang, kelompok Kantata Takwa, SWAMI dan sebagainya lirik mereka menjadi istimewa karena keberanian mengekspresikan hasil realitas social kedalam lagu

Dan bagi kalangan DPR yang kebakaran jenggot karena lirik “Gosip Jalanan” dan lirik-lirik lainnya dalam lagu SLANK-adalah sebenarnya sebuah keniscayaan tentang tidak kritisnya kalangan DPR. Justru dengan reaksi yang diberikan maka sejatinya SLANK dalam teori marketing telah berhasil membuat PDB (Positioning, Defferentiation & Branding) bagi kemasan album yang baru diluncurkan tersebut sehingga menarik publik (konsumen) dan para SLANKERS untuk membeli. Padahal sebenarnya DPR haruslah marfum bahwa apa yang dilakukan SLANK dengan mengeksprsikan lirik lagu di "Gosip Jalanan" dan lagu-lagu lainnya di album Slank yang baru ini adalah karena secara empiris itulah yang di akui dan dialami publik bahwa selama ini memang DPR miskin (tidak mampu/tidak mau) karena image budaya di DPR tentang materi undang-undang (masalah) yang "kering/basah" selama ini dalam merancang UU (sebagian besar undang-undang yang dibuat adalah hasil rancangan pemerintah), yang produktif hanya sebagai lembaga kontrol saja, dan masalah korupsi... yahh pubik juga sudah sama-sama tahu... dan lagi bung Gayus Lumbun tidak usahlah terlalu mendramatisasi dan meromantisasi keadaaan "bahwa kehormatan seluruh bangsa bukan terletak di gedung DPR- yang benar adalah kehormatan seluruh bangsa terletak pada perilaku dan akhlak individunya". Bukankah lebih produktif jika DPR justru mengejar PR yang tertunda dan memperbaiki Raport yang merah dengan kerja kongkrit sesuai amanah rakyat, ketimbang melakukan reaksi atas hasil sebuah opini (apalagi hanya dari sebuah lirik lagu) yang apapun sebuah reaksi pasti akan berujung pro dan kontra. Bukankah mencurahkan energi dari implikasi reaksi tersebut jauh melelahkan ketimbang substansi pesan yang disampaikan. Jadi sebenarnya dalam perspektif saya pribadi lirik SLANK maupun reaksi anggota DPR keduanya sama-sama tidak istimewa buat saya. dan satu hal lagi ... sebenarnya tanpa krtik melalui lirik pun sebenarnya suara kaka, gebukan drum bimbim, dengkingan gitar abdi dan Ridho serta cabikan bas Ivanka sudah sangat cocok dan pas buat telinga saya.

Tidak ada komentar: